Selasa, 09 Juni 2009

Perjalanan Hidup Seorang Muslimah

Nama : Ciptania Heltiana

NIM : 0608303

Jurusan : Pend. Bhs. Jepang

Kelas : B


Perjalanan Hidup Seorang Muslimah

Aku pernah mengkhianati-Nya

Aku duakan Dia dengan makhluk-Nya

Aku anggap makhluk-Nya sebagai Tuhan

Dan aku sembah makhluk-Nya

Padahal...

Dialah Allah

Satu-satunya Tuhan

Satu-satunya Tuhan yang patut disembah

Dan tak ada satu pun yang patut disembah melainkan Dia

Ingin rasanya aku terlahir kembali

Terlahir sebagai hamba yang tak pernah menkhianati--Nya

Terlahir sebagai hamba yang tak pernah menganggap makhluk-Nya sebagai Tuhan

Dan Terlahir sebagai hamba yang hanya menyembah diri-Nya

Tapi...

Itu tak mungkin

Aku tak mungkin dilahirkan kembali

Aku tak mungkin memutar waktu

Dan aku tak mungkin kembali ke masa aku mengkhianati-Nya

Aku hanya bisa berharap

Berharap dan berusaha

Berharap diri-Nya menerima taubatku

Berharap diri-Nya mengampuni aku

Dan berharap diri-Nya menghapus dosaku

Ya Allah...

Terima taubatku

Terima aku

Terima aku sebagai hamba-Mu

Itulah puisi berjudul ‘Taubatku’ yang ditulis oleh Yuka Matsumoto, seorang gadis peranakan Jepang-Indonesia yang mendapat penghargaan dalam ajang lomba puisi tingkat Universitas di kotanya. Yuka, begitulah ia dikenal, adalah seorang gadis yang selalu mengenakan busana muslimah. Tidak ada seorang pun yang menyangka, bahwa Yuka baru memeluk agama Islam setahun yang lalu, bahkan baru sebulan yang lalu ia memutuskan untuk selalu mengenakan busana Muslimah.

Keberanian Yuka mengambil keputusan berpindah agama patut diacungin jempol, karena bagi Yuka bukanlah sesuatu yang mudah untuk akhirnya mengambil keputusan berpindah agama, apalagi ibu dan kakak-kakak Yuka adalah penganut Kristen Protestan yang sangat kuat dan taat. Sedangkan Ayah Yuka, seperti Nihonjin (orang Jepang) pada umumnya, agama yang dianutnya tidak jelas, dan setelah bercerai dengan ibunya kembali tinggal di Jepang.

Sebelumnya, Yuka selalu bersekolah disekolah Kristen yang terkenal. Tapi, walaupun begitu, sehari-hari di rumah Yuka selalu bergaul dengan teman-temannya yang tidak seagama dengannya, tanpa sepengetahuan ibu dan kakak-kakaknya yang sibuk bekerja dan kuliah. Yuka selalu ikut teman-temannya ke Mesjid untuk belajar ngaji sedangkan dirinya hanya duduk di halaman Mesjid, sambil menunggu teman-temannya selesai mengaji.

Sampai suatu hari Yuka sedang bermain di rumah sahabatnya yang bernama Zahra, pada saat itu adzan Dzuhur berkumandang sahabatnya itu minta ijin untuk menjalankan shalat Dzuhur, maka tinggalah dirinya sendiri di dalam kamar. Selesai shalat Dzuhur Zahra melihat Yuka sedang membaca manga (komik)

“ Hai, serius amat bacanya ”, sapa Zahra

“ Udah selesai shalatnya? ”, tanya Yuka yang tidak canggung mengucapkan kata shalat karena sahabat-sahabatnya yang beragama Islam

“ Alhamdulillah sudah, kenapa? ”

“ Enggak, emang kamu nggak capek tiap hari harus shalat? ”, tanya Yuka hati-hati tidak mau membuat sahabatnya tersinggung

“ Capek? Kenapa harus capek di Al Quran kitab suci umat Islam dijelaskan dalam surat Al Bayyinah ayat 5 : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus, jadi aku sebagai umat muslim wajib menjalankan shalat ”, ujar Zahra menjelaskan

“ Lalu, kenapa atashi (aku) masih sering lihat banyak orang islam yang walaupun adzan sudah berkumandang, tidak shalat sampai adzan shalat selanjutnya? bahkan pada saat bulan puasa juga banyak orang islam yang makan dan mereka tidak puasa? ”, tanya Yuka lagi kepada sahabatnya yang walaupun masih muda tetapi pengetahuan agama Islamnya banyak

“ Hmm, begini ya Yuka sahabatku mereka lupa bahwa Rasulullah SAW bersabda ada 5 hal yang penting dalam Islam yang disebut dengan Rukun Islam, yaitu syahadat yang merupakan pondasi, shalat sebagai tiang agama, puasa sebagai dinding, zakat sebagai pembersih dan haji sebagai sarana pelengkap itulah yang seharusnya ditanamkan dalam diri bahkan Allah SWT berfirman dalam surat Al An’am ayat 162: Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ”

“ Oh gitu, kamu hebat pengetahuan agamanya banyak ”

“ Alhamdulillah, tetapi aku juga masih belajar kok ”

Atashi boleh nanya lagi nggak? ”

“ Boleh, selama aku masih bisa menjawabnya kenapa nggak ”

“ Tuhan kamu cuma satu ya? ”

“ Iya Dia-lah Allah Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia, semua itu dijelaskan dalam surat Al Ikhlas ayat 1-4. Pokoknya semuanya sudah diatur dalam Al Quran kitab suci umat Islam

“ Wah atashi semakin salut sama kamu, boleh nggak mulai besok atashi belajar agama Islam sama kamu? ”, tanya Yuka dengan mata berbinar-binar

“ Kamu serius? Buat apa? ”, tanya Zahra heran mendengar Yuka bersemangat belajar agama Islam

“ Emang nggak boleh ya? ”

“ Boleh aja, siapa yang larang ”

“ Ah yokatta (Syukur deh) ”

“ Kenapa kamu nggak ikut aja belajar agama sama aku setiap hari Jumat di rumahku sama Ibu Mariam guru ngajiku, beliau lebih banyak lagi pengetahuan agamanya? ”

Atashi mau belajar sama kamu dulu baru nanti setelah cukup pengetahuan agamanya baru atashi ikut belajar denganmu ”

“ Tetapi apa kamu nggak takut ketahuan orang tuamu? ”

“ Takut sih, tapi khan atashi cuma pengen belajar bukan ingin pindah agama ”

“ Oh gitu ”

Begitulah awal Yuka ingin mengetahui soal agama Islam, dan itu berlanjut hari demi hari karena dia merasa begitu banyaknya rahasia yang terkandung dalam Al Quran walaupun dia belum memegangnya, tetapi dari penjelasan yang diperoleh Zahra. Selain itu Zahra selalu bercerita mengenai nabi-nabi dari nabi Adam AS sampai nabi Muhammad SAW. Pokoknya belajar agama bersama Zahra sangat menarik, tidak jarang dia meminjamkan buku-buku agamanya kepada Yuka. Setiap malam Yuka sebelum tidur selalu membacanya tentunya dengan sembunyi-sembunyi. Tak terasa sebulan sudah berlalu dan Yuka semakin yakin bahwa Islam adalah agama yang sempurna di muka bumi ini, kandungan-kandungan yang terdapat dalam Al Quran begitu lengkap dijelaskan dari soal kehidupan beragama, menghormati orang tua, ciri-ciri orang munafik dan sebagainya.

Keyakinan Yuka memeluk agama Islam semakin kuat, tetapi apakah nantinya Keluarganya bakal setuju dengan keputusannya, apalagi dengan umurnya yang masih muda bisa-bisa orang tuanya menganggap tidak serius dan hanya main-main saja. Akhirnya dengan tekad yang bulat Yuka memutuskan untuk memeluk agama Islam, mengenai gimana caranya memberitahukan kepada keluarga urusan nanti. Tepat di hari Jumat sehabis shalat Jumat dengan ditemani oleh Zahra, Yuka menuju ke mesjid untuk membaca dua kalimat syahadat dengan dibimbing oleh seorang Ustadz.

Setelah menjadi seorang muslim Yuka rajin menjalankan shalat. Walaupun Yuka baru masuk Islam tetapi dalam menjalankan shalat hafalan surat-suratnya lumayan banyak, karena dia selalu menghafalnya dengan dituntun oleh Zahra yang menulisnya dalam bahasa Indonesia, karena Yuka belum bisa membaca bahasa Arabnya, tetapi dia berjanji suatu hari dia akan membaca surat-surat dalam Al Quran dengan menggunakan bahasa Arab. Untung saja, semenjak masuk Universitas Yuka tinggal terpisah dari keluarganya, dan menyewa rumah disekitar kampusnya, dengan alasan agar lebih dekat dengan kampusnya. Sehingga Yuka tidak perlu merasa kesulitan merahasiakan kepindahan agamanya kepada keluarganya.

Himitsu (rahasia) tidak selamanya bisa ditutupi, suatu hari kakaknya yang bernama Yuki Matsumoto datang berkunjung ke tempat Yuka tanpa memberitahu Yuka terlebih dahulu, dan langsung menuju ke kamar Yuka dengan maksud memberi Yuka Kejutan atas kedatangannya. Tapi, betapa terkejutnya Yuki melihat adiknya sedang menjalankan shalat, dan langsung saja kak Yuki, begitu biasanya Yuka memanggilnya, menarik Yuka pulang ke rumah. Jadilah malam itu Yuka diinterogasi oleh ibu dan kakaknya yang lain

“ Yuka! Nani o shita (Apa yang telah kamu lakukan)?! ”, ujar kakak laki-lakinya yang sudah menikah dan sengaja datang karena masalah ini.

“ Shalat Kak ”, jawab Yuka dengan suara pelan

“ Shalat? Ya ampun Yuka sejak kapan kamu lakukan itu nak? ”, tanya ibunya dengan suara agak membentak.

“ Kamu tahu khan Yuka kita ini beragama Kristen dan kita percaya pada Tuhan Yesus! ”, teriak kakaknya

“ Kak, Ma, Maaf. Yuka lebih yakin kalau Tuhan hanya satu dan Dia adalah Allah SWT ”

“Keterlaluan kamu Yuka! Mau anata (kamu) apa? Apa kurang yang kakak-kakak dan mama berikan selama ini untuk anata?” Kata ibunya sambil agak terisak.

“ Ini bukan soal harta, tetapi keyakinan yang tidak bisa dipaksakan. Yuka merasa tenang setelah masuk agama Islam dan memperoleh banyak pengetahuan dalam Al Quran yang selama ini tidak Yuka peroleh ”

“ Baik! Sekarang anata pilih keluar dari rumah ini dan tetap beragama Islam atau tetap di rumah ini tapi anata balik lagi ke agama anata semula?” Ibunya memberikan pilihan pada Yuka.

“ Maaf Ma, walaupun dalam Islam seorang anak tidak boleh melawan sama orang tua, tetapi Yuka tetap percaya dan yakin kalau Tuhan hanya satu dan Dia adalah Allah SWT ”, tegas Yuka sambil pergi berlalu dari ruangan tersebut

Jadilah malam itu Yuka diusir dari rumah oleh keluarganya. Yuka pun kembali ke rumah sewaannya dan karena rumah yang disewa itupun dibayar dengan uang ibunya, maka setelah sampai di rumah sewaannya, Yuka segera membereskan baju dan barang-barang yang ia butuhkan lalu membawanya pergi. Begitu di luar rumah dia bingung harus pergi kemana, akhirnya Yuka memutuskan untuk menghubungi ayahnya yang berada di Jepang, karena walaupun ayah da ibunya sudah lama bercerai dan Yuka tinggal dengan ibunya, hubungan Yuka dengan ayahnya tetap baik. Lewat telepon, Yukapun menceritakan semua yang terjadi. Awalnya, ayahnya sempat terkejut dengan keputusan Yuka, tapi akhirnya ayahnya dapat mengerti, karena menurutnya Yuka sudah dewasa dan dapat memutuskan sendiri apa yang terbaik baginya. Kemudian, Ayahnya pun menyuruh Yuka datang ke Jepang dan tinggal disana. Yuka pun akhirnya pergi ke Jepang, dan tinggal disana.

Namun, menjadi Muslimah di Jepang bukan berarti tanpa tantangan. Beragam masalah Yuka hadapi sebagai konsekuesi hidup sebagai minoritas. Untungnya Yuka dan ayahnya tinggal di Hamamatsu yang cukup banyak orang yang beragama Islamnya. Hamamatsu adalah kota yang terletak di Pulau Honshu bagian tengah, dan dapat ditempuh dalam waktu empat jam saja dari Tokyo ke arah selatan dengan menggunakan Kereta biasa. Muslim di Hamamatsu cukup banyak, karena dikota inilah perusahaan seperti Yamaha, Suzuki, dan Honda bermarkas, sehingga banyak pekerja asing, termasuk yang beragama Islam yang bekerja dikota ini.

Di Hamamatsu, Yuka tidak pernah absen mengikuti pengajian rutin, karena dengan mengikuti pengajian ini ia dapat mengenal Islam lebih dalam dan dapat bertukar masalah dengan muslim lainnya. Pada suatu hari, Maryam, yang sering menjadi pemateri dalam pengajian itu mengajak Yuka berdiskusi. Maryam adalah seorang yang mendapat hidayah Allah melalui jalan pernikahan dan salah satu orang yang Yuka hormati dan kagumi.

“Yuka, tolong baca ini.”, kata Maryam sambil menyodorkan CV seorang pria.

kare wa daredesuka (Dia siapa)?”, ujar Yuka setelah melihat sekilas CV itu.

“Dia adalah orang yang dicalonkan suami saya untuk menjadi suamimu. Bila kau setuju, selama 6 bulan saya dan suami saya akan menjadi perantara kamu dan dia untuk saling mengenal. Bagaimana kamu bersedia?”, jelas Maryam.

Yuka pun tersenyum malu, tanda setuju.

Enam bulan pun berlalu tanpa terasa. Selama enam bulan ini Yuka telah mengenal pribadi calon suaminya melalui Maryam dan suaminya. Dan atas bantuan Maryam dan suaminya juga, Yuka dapat mendapatkan izin dari ayahnya, yang tidak bisa menjadi walinya karena bukan muslim.

Akhirnya, 2 minggu lagi Yuka akan menjadi istri dari Firman, seorang lelaki berkebangsaan Indonesia yang menetap di Jepang karena pekerjaannya. Yuka pun tidak lupa pada Zahra, orang yang sangat berjasa baginya. Karena lewat Zahra lah Yuka dapat mengenal Islam pertama kali. Oleh karena itu, Yuka ingin berbagi kebahagiannya dengan Zahra dengan mengundangnya ke pernikahannya nanti.

Dalam kebahagiaan karena dirinya diberi kesempatan untuk mengenal Islam dan dapat mengamalkannya, terselip kesedihan karena sampai saat ini ibu dan kakak-kakaknya belum bisa menerima dirinya sebagai muslimah. Walaupun begitu, sampai detik ini Yuka selalu berdoa dan berusaha, agar suatu hari keluarganya mendapat kesempatan seperti dirinya dan dapat berbahagia bersamanya.

0 komentar:

Posting Komentar